BEBAS DARI PENJARA PIKIRAN MELALUI PINTU KESADARAN

“The human condition: lost in thought.” ~ Eckhart Tolle

Manusia pada umumnya, tanpa mereka sadari, hanya menjalani kehidupan dalam koridor penjara pikiran yang sempit yang dibatasi oleh tembok-tembok tinggi persepsi. Dengan bahasa yang lebih sederhana manusia hidup dalam realitas yang ditentukan oleh seperangkat aturan (baca: program pikiran) yang ada dalam pikirannya. Kita tidak melihat segala sesuatu apa adanya. Kita melihat sesuatu apa kita-nya.

Sang Buddha pernah berkata, “Pikiran itu sungguh sukar diawasi. Ia amat halus dan senang mengembara sesuka hati. Karena itu hendaklah orang bijaksana selalu menjaganya. Pikiran yang dijaga dengan baik akan membawa kebahagian. Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit dijaga dan sulit dikuasai; namun orang bijaksana akan meluruskannya, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah.”

Salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat menonjol adalah kebutuhan akan konsistensi. Saat pikiran telah memutuskan untuk menerima sesuatu sebagai ”kebenaran” maka ia akan konsisten dengan ”kebenaran” itu. ”Kebenaran” ini belum tentu sejalan dengan ”kebenaran” yang kita setujui kebenarannya. ”Kebenaran” menurut pikiran sejalan dengan pemikiran pikiran itu sendiri yang didukung dengan berbagai pengalaman yang pernah kita alami.

Kebenaran” ini dikenal dengan istilah belief. Jadi, setelah pikiran mengadopsi suatu belief maka selanjutnya belief ini yang mengendalikan pikiran. Tanpa intervensi yang dilakukan secara sadar maka hidup kita sepenuhnya dikendalikan oleh berbagai belief yang telah kita adopsi dan yakini kebenarannya.

Saat kita percaya/belief akan kebenaran sesuatu maka kita tidak akan lagi mempertanyakan keabsahan data atau landasan pijak berpikir yang digunakan sebagai dasar penerimaan suatu belief. Belief kita selalu benar menurut kita. Yang benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain. Kita akan mati-matian mempertahankan belief kita karena kita yang memutuskan bahwa ”sesuatu” itu adalah hal yang benar. Masa kita meragukan kebenaran yang telah kita putuskan ”kebenarannya”?

Lalu, bagaimana caranya untuk bisa keluar dari perangkap penjara pikiran? Jalan kebebasannya adalah melalui pintu kesadaran. Nah, Anda mungkin akan bertanya, ”Mengapa harus melalui pintu kesadaran?”

Hanya melalui pintu kesadaran kita bisa menyadari bahwa kita bukanlah pikiran kita, kita bukanlah perasaan kita, kita bukanlah kebiasaan kita, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa kita bukanlah belief kita. Kesadaran membuat kita mampu untuk melakukan disosiasi atau pemisahan yang jelas.

Dengan kesadaran kita mampu melakukan metakognisi atau berpikir mengenai pikiran. Dengan berpikir dan mengamati pikiran maka kita akhirnya mengenal ”sosok” pikiran kita. Kita akan tahu pola atau kebiasaan yang pikiran lakukan. Dengan kesadaran kita dapat memahami bahwa pikiran, walaupun merupakan piranti yang sangat luar biasa, tetap hanyalah sebagian kecil dari kesadaran itu sendiri.

Lalu, bagaimana cara untuk bisa mengamati pikiran?

Oh, caranya mudah sekali. Yang perlu kita lakukan adalah belajar untuk menjadi hening. Kita perlu membiasakan diri ”berjalan” di keheningan. Hanya dengan hening kita baru mampu mengamati pikiran kita dengan jelas.

Setiap hari, selama sekitar 30 menit sampai 60 menit, lakukan meditasi. Duduklah dengan tenang dan mulailah mengamati pikiran Anda. Bagi pemula Anda bisa melatih diri dengan melakukan meditasi 15 menit di pagi hari dan malam hari.

Pengamatan terhadap pikiran akan membawa kita pada pengenalan dan pemahaman mendalam yang kita namakan kebijaksanaan. Nah, kebijaksanaan inilah sebenarnya kunci pembuka pintu kebebasan kita.

Source from : Adi W. Gunawan (www.pembelajar.com)

"Ad-Dunya sijnul mukmin wa jannatul kafirin". (HR Muslim)
Arti hadits di atas adalah dunia itu adalah penjara bagi mukmin dan surga bagi orang kafir.

Suatu waktu, ketika Ibnu Hajar Al-Asqalani menjadi Qadi, dengan berkendaraan keledai, pakaian bagus dan penampilan yang meyakinkan, beliau melewati sebuah pasar.
Tiba tiba Yahudi pedagang minyak menghadangnya. Pakaiannya sangat kumal, lusuh dan kotor oleh minyaknya. Ia memegang tali keledai yang dikendarai oleh Ibnu Hajar, lalu berkata:
“Ya Syaikhul Islam, Anda menyatakan bahwa Nabi Anda mengatakan: Dunia itu penjara orang beriman dan surga orang kafir. Dengan penampilan Anda seperti ini, Anda di penjara seperti apa? Dan dengan keadaan saya seperti ini, Saya berada di surga seperti apa?”.
Ibnu Hajar menjawab: “Dengan kondisi seperti ini, Saya dibanding dengan kenikmatan yang Allah janjikan di akhirat, seperti di dalam penjara. Dan anda, dengan kondisi seperti ini, dibanding dengan siksa dan hukuman di akhirat, seolah anda sekarang di dalam surga”.
Mendengar jawaban tersebut, sang Yahudi langsung menyatakan masuk Islam.
BEBAS DARI PENJARA PIKIRAN MELALUI PINTU KESADARAN BEBAS DARI PENJARA PIKIRAN MELALUI PINTU KESADARAN Reviewed by Edi Sugianto on 13.17 Rating: 5

Tidak ada komentar:


kelas Gendam Online
Diberdayakan oleh Blogger.