Hakekat Kesaktian

Apa sebenarnya hakikat KESAKTIAN....??
Apakah dapat terbang, atau memukul benda dari jarak jauh hingga pecah berkeping-keping. Atau kebal segala senjata tajam, dll. Itukah yg disebut kesaktian menurut anda....??? Apakah kemampuan-kemampuan tersebut di atas anda perlukan dalam kehidupan anda sehari-hari...?? Seberapa sering ilmu tersebut membantu anda dalam kehidupan..??

Kesaktian atau Daya Linuwih menurut hemat saya adalah sebuah kemampuan diri untuk mampu menyelesaikan segala permasalahan kehidupan yang dia hadapi dengan efektif dan efisien... Itulah Pribadi yang Sakti dan Luar Biasa... Pribadi yang mampu memilah dan memilih, Ilmu, peralatan, sarana & prasarana apa yang paling penting untuk kesuksesan dirinya dalam mengarungi kehidupan di dunia serta sebagai bekalnya nanti di kehidupan akhirat. Pribadi yang tidak membiarkan dirinya tenggelam dalam Khayalan Tingkat Tinggi, yang hanya merupakan buah dari panjang angan-angan. Karena hidup ini singkat, maka lakukan yang memang diperlukan saja.

Ingatlah, jika kau panjangkan angan-anganmu. Maka itu sebagai tempat masuknya setan untuk mempermainkanmu. Karena dengan adanya angan-angan yang muluk padahal kosong belaka, maka waktumu akan habis untuk kesibukan dunia saja dan mengorbankan akheratmu. Thats the goal of Evil!

Diriwayatkan oleh ‘Ali Karromallaahu wajahahu., sesungguhnya Nabi Saw. bersabda:
“Ada dua hal yang paling aku takuti menimpa kalian, yaitu: menuruti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Sesungguhnya menuruti hawa nafsu itu dapat menghalangi dari kebenaran, dan banyak angan-angan itu sama dengan mencintai dunia.”

Selanjutnya kata Beliau Saw.:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai maupun yang dibenci-Nya. Jika mencintai seorang hamba, Allah memberinya iman. Ingat, sesungguhya agama itu mempunyai anak. Jadilah kamu termasuk anak-anak agama, dan janganlah kamu menjadi anak-anak dunia. Ingat, sesungguhnya dunia itu bergerak pergi. Ingat, sesungguhnya akhirat itu bergerak maju (datang). Ingat, sesungguhnya kalian berada pada zaman untuk beramal, bukan zaman untuk dihisab. Dan ingat, sesungguhnya kalian hampir tiba pada zaman untuk dihisab yang sudah tidak berlaku amal.” [HR. Ibnu Abi-d Dunya]

Berikut kisah nyata seorang murid yang belajar di sebuah Tarekat. Sebut saja namanya Fulan. Dia baru setahun bersuluk. Secara rutin, setiap Jumat atau Sabtu malam, Fulan bersama salik lainnya datang ke rumah sang Mursyid untuk riyadhah. Suatu ketika, sebelum riyadhah, sang Mursyid mewanti-wanti agar besok selepas subuh, Fulan hendaknya jangan pulang dulu, karena sang Mursyid hendak memberinya tes. Beberapa kali sang Mursyid mengulangi perkataan ini kepada Fulan sehingga mengesankan sesuatu yang teramat sangat serius.Keesokan paginya, setelah mandi pagi, sang Mursyid menyuruh Fulan sarapan terlebih dahulu. Setelah menunggu beberapa lama, sekitar jam 10 lewat, sang Mursyid masuk ke mushala, berganti baju takwa, dan memanggil Fulan ke dalam mushala. Semua jam tangan, dompet, ikat pinggang, atau apa pun yang akan mengganggu gerakan disuruh dilepaskan. Di dalam mushala, Fulan disuruh berdiri di hadapan sang Mursyid. Pintu mushala dibuka dan beberapa salik lain yang belum pulang disuruh melihat.

Sang Mursyid memohon sejenak kepada Allah Ta‘ala, hening, lalu mendadak beliau langsung berkata dengan keras: “Tunjukkan kepada mursyidmu jurus-jurus yang Allah Ta‘ala simpan dalam dirimu!” Fulan merasa seperti ‘lenyap’ dan tiba-tiba nafs-nya menggerakkan jasadnya mengeluarkan banyak jurus bela diri. Jurus-jurus ini berubah sesuai teriakan sang Mursyid, “Jurus pembuka!” atau “Jurus Satu! Jurus Dua!” dan seterusnya, maka Fulan pun bergerak, melompat, merayap, mengelak, memukul, dan seterusnya. Bagi Fulan, ini adalah pengalaman luar biasa karena ternyata dalam dirinya ada jurus yang entah dari mana asalnya.

Sang Mursyid pernah menjelaskan bahwa Allah Ta‘ala memberikan mekanisme pertahanan diri pada setiap makhluknya. Misalnya, taring dan cakar bagi singa dan harimau, cakar dan paruh bagi burung elang, atau tanduk pada rusa, kambing, kerbau dan lain sebagainya. Begitu pula dengan manusia, bahwasanya Allah Ta‘ala pun memberikan mekanisme pertahanan diri berupa jurus-jurus khas yang unik pada diri setiap manusia. Namun, jurus itu hanya bisa keluar apabila manusia telah membersihkan nafs-nya dari dosa. Selain itu, jurus itu pun hanya bisa keluar apabila manusia berserah diri kepada Allah Ta‘ala, dalam keadaan tenang, serta bukan sedang dalam kondisi marah atau bahkan memiliki keinginan untuk menyerang.

Kembali kepada Fulan, setelah selesai dengan tesnya dan Fulan berdiri tenang, sang Mursyid menekankan: “Kalau nanti ada perkelahian yang harus engkau hadapi, jangan lari!” Itulah suara sang Mursyid yang terdengar di telinga. Tetapi, di hati Fulan suara itu berubah menjadi pemahaman: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah [2]: 286) Setelah selesai, Fulan pun pulang dan diantar sampai gerbang rumah oleh sang Mursyid sambil mengingatkan lagi: “Ingat, jangan lari kalau memang harus menghadapi perkelahian.” Fulan mengangguk, pikirnya, kalau ternyata dalam dirinya ada jurus seperti tadi, kenapa juga harus lari. Pada saat itu, ada sedikit rasa bangga diri di hati Fulan. Semua nasihat sang Mursyid hari itu dicatatnya di buku riyadhah seakurat mungkin. Dan Fulan pun bersiap diri karena merasa akan menghadapi ‘perkelahian’ dalam waktu dekat.

Beberapa bulan berlalu. Perkelahian yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang, dan Fulan pun mulai mengendurkan mental alertness akan perkelahian. Nasihat sang Mursyid mulai dilupakannya. Tidak berapa lama kemudian, pelan-pelan Fulan mulai masuk ke sebuah masalah dalam kehidupan. Semakin lama semakin pelik dan kompleks, begitu menekan dan menyita waktu serta energinya. Segala cara Fulan coba untuk menghadapinya, segala akal diputar, segala doa dimohonkan, tapi tetap saja masalah tersebut gagal dipecahkan.

Kondisi ini berlangsung beberapa bulan, sampai satu titik di mana seakan-akan nafs dan jasadnya begitu muak dengan persoalan tersebut. Fulan stress, jenuh, pusing, dan memutuskan meninggalkan saja masalah itu. Dia menarik diri, dan membatin dalam hatinya, “Masa bodoh! Enyahlah! Saya keluar dari masalah ini!”

Keputusan ini membuat Fulan merasa lega luar biasa. Dalam keadaan lega ini, Fulan kembali ke rumah sang Mursyid untuk riyadhah. Fulan ingin bersyukur karena telah keluar dari masalah yang menghimpitnya beberapa bulan ini. Namun, sesampainya Fulan di rumah sang Mursyid, setelah disambut ramah, begitu Fulan masuk dan duduk di ruang tengah, tiba-tiba terjadilah sesuatu. Di dalam rumah, sikap sang Mursyid berubah. Beliau menghampiri Fulan, dan kepalanya tiba-tiba didorong dengan keras menggunakan telapak tangan sang Mursyid sampai posisi duduk Fulan terbawa miring. Beliau membentak, “Kamu ini bagaimana? Ada pertempuran malah lari! Sudah dibilang jangan lari dari perkelahian!”

Setelah berkata demikian, sang Mursyid beranjak ke mushala dan shalat, serta membiarkan Fulan di ruang tengah. Di tengah kebingungan karena kepalanya didorong dengan keras secara tiba-tiba, Fulan berpikir: “Perkelahian mana yang Mursyid maksudkan? Rasanya saya belum pernah lari dari perkelahian?” Fulan pun memohon agar Allah Ta‘ala memberinya pemahaman ihwal kemarahan sang Mursyid. Kemudian Fulan teringat bahwa satu-satunya ‘pertempuran’ yang dia lari darinya, yang terjadi baru-baru saja, ternyata adalah masalah kehidupan yang ditinggalkannya.

Ternyata itulah yang sang Mursyid maksud dengan ‘pertempuran’ yang harus dihadapi, yaitu, masalah kehidupan. Ternyata tes jurus hanyalah simbol bahwa dalam diri manusia sebenarnya sudah ada sarana untuk menghadapi masalah kehidupan. Jika Allah Ta‘ala menakdirkan manusia untuk menghadapi sesuatu, tentu dalam diri mereka pun sudah disediakan alatnya. “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah [2]: 286). Sadarlah Fulan betapa dia begitu naif dan bodoh, menganggap ‘pertempuran’ dan ‘tes jurus-jurus’ hanya sebagai ‘berkelahi’ secara fisik.

Kita sependapat bahwa semua orang memiliki masalah. Bahkan masalah itu terus berdatangan seiring dengan perjalanan hidup kita. Orang yang sukses, bukanlah orang yang bebas masalah, tetapi mereka yang bisa mengatasi masalah demi masalah yang terus datang silih berganti.

Mengabaikan masalah bisa membahayakan hidup kita. Masalah akan datang terus, jika satu masalah tidak segera diatasi, maka masalah yang kita miliki akan menumpuk, semakin lama semakin menggunung sehingga kita akan terjepit masalah. Oleh karena itu, salah satu life skill yang harus kita miliki ialah bagaimana cara mengatasi masalah.

Tetaplah Berpikir Positif. Apakah berpikir positif akan mengatasi masalah? Apakah tidak punya beras bisa diatasi dengan hanya berpikir positif? Yup, tentu saja. Seseorang akan bertindak mencari solusi jika dia memiliki pikiran positif. Orang yang berpikiran negatif akan cepat menyerah sehingga tidak akan mendapatkan solusi.

Untuk mengatasi masalah, langkah pertamanya ialah tetaplah optimis bahwa Anda akan mampu mengatasi masalah tersebut. Ini adalah langkah awal yang penting. Saat Anda mengatakan Anda bisa mengatasi masalah, maka hati, pikiran, emosi, dan tubuh Anda akan bekerja selaras untuk mengatasi masalah. Jika Anda berpikiran negatif, merasa masalah tidak mungkin dipecahkan, maka tidak akan lagi usaha untuk memecahkan masalah tersebut. Padahal, sebesar apa pun masalah Anda, insya Allah Anda, sanggup untuk mengatasinya.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya. (QS. Al Baqarah:286)

Jika Anda melihat masalah yang Anda hadapi terlihat tidak mungkin untuk dipecahkan, artinya Anda perlu meningkatkan pola pikir Anda. Bukan masalah yang terlalu berat, tetapi cara berpikir Anda yang masih terlalu sempit. Anda perlu membebaskan pikiran sempit itu.

Saat kita menemukan masalah, maka kita harus Open Mind sehingga bisa menemukan ide-ide brilian bagaimana mengatasi masalah tersebut. Kemampuan kreativitas sangat penting dalam hal ini, karena kebanyakan orang yang putus asa ialah mereka yang tidak punya ide lagi untuk menyelesaikan masalahnya. Ide-ide yang terus mengalir dan semangat yang membara untuk mencobanya, lambat laun akan mengantarkan kita ke sebuah solusi.

Jadi, untuk jangka panjang, tingkatkan kemampuan kreativitas Anda, agar Anda selalu siap menyelesaikan masalah yang selalu datang menghampiri kita. Berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru. Ide-ide tersebut diperlukan untuk memecahkan masalah Anda. Jika satu ide tidak berhasil, maka carilah ide lain, dan seterusnya. Jadi, agar Anda tangguh menghadapi masalah apa pun yang datang, Anda perlu berpikir kreatif.

Bagaimana agar kita berpikir kreatif? Kuncinya ialah Manajemen Informasi, bagaimana memperoleh data dan informasi yang komprehensif lengkap dan efektif, kemudian bagaimana mengolah informasi itu agar bisa menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi. Oleh karena itu terbukalah terhadap hal-hal baru. Maka Anda pun bisa jenius & SAKTI tentunya. he...he..he...

Anda pun bisa berpikir kreatif, dan mampu menghasilkan ide-ide cemerlang untuk mengatasi masalah Anda. Kita patut bersyukur bahwa jaman sekarang mencari informasi sangatlah mudah. Banyak buku, ebook, audio, pelatihan, seminar, dan berbagai produk informasi lainnya yang bisa kita pelajari untuk menyelesaikan masalah kita.

Yang kedua, tetaplah semangat untuk mencoba berbagai ide-ide sampai menemukan ide yang solutif. Bagaimana saat kita belum juga menemukan solusi? Kembangkanlah kemungkinan mendapatkan ide-ide solutif. Jangan hanya mengandalkan diri sendiri. Kita mungkin sudah banyak belajar. Orang lain juga sama, banyak ilmu dan pengalaman yang sudah mereka dapatkan, apalagi dari orang-orang ahli atau yang lebih senior dibanding kita. Jadi, bertanyalah kepada orang lain untuk mendapatkan solusi.

Belajar Dari Anak Kecil
Berbeda dengan Anda dan saya, anak-anak memiliki cara berbeda untuk memecahkan masalah. Ini karena anak- anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang lebih sedikit, dan mereka juga memiliki pengalaman yang berhubungan dengan masalah dan pemecahan masalah yang jauh lebih sedikit.

Meskipun demikian, cara mereka memecahkan masalah bisa memberi Anda pelajaran.  Mengapa?

Karena anak-anak memecahkan masalah dengan pikiran terbuka. Mungkin ini tak biasa Anda lakukan. Mungkin Anda menghadapi sebuah masalah, dan Anda sudah melihat bagaimana akhir dari masalah ini. Anda mungkin menghadapinya dengan sikap negatif, dan melihat masalah tersebut sebagai suatu gangguan.

Di sisi lain, seorang anak akan melihat masalah sebagai suatu tantangan. Mereka melihatnya sebagai suatu misteri, dan mereka sangat bersemangat untuk bisa memecahkannya.

Sementara Anda, jika masalah Anda tidak segera terpecahkan, maka Anda cenderung akan merasa frustasi. Sementara, seorang anak akan merasa lebih bersemangat. Anak-anak akan mencari cara baru sampai masalah terpecahkan. Seorang anak memecahkan masalah dengan rasa ingin tahu, rasa heran, dan kegigihan. Sementara, orang dewasa cenderung ingin agar masalah bisa terpecahkan sendiri, karena mereka tak ingin meluangkan waktu untuk memecahkannya sendiri dengan benar.

Perbedaan bagaimana orang dewasa dan anak-anak memecahkan masalah menunjukkan bahwa orang dewasa cenderung menyia-nyiakan seni memecahkan masalah. Orang dewasa lebih khawatir akan berapa lama suatu masalah akan terpecahkan daripada merasa bahagia karena bisa memecahkan suatu masalah.

Jika Anda bisa meniru bagaimana anak-anak memecahkan masalah, Anda akan bisa merasakan bahwa memecahkan masalah akan menjadi lebih mudah, dan Anda juga akan tahu bahwa proses memecahkan masalah bisa Anda nikmati.

The Art Of  Solving Problems Creatively - Inilah hakikat Kesaktian yang sebenarnya, Sebuah seni dan kemampuan untuk menstimulasi kreatifitas dalam menyelesaikan berbagai tantangan atau masalah, mendorong perluasan berpikir dan jangkauan bertindak, mendorong Pola Fikir 'out of the box', meningkatkan daya pikir, menstimulasi pencarian kemungkinan, memperkaya teknik mencari solusi, dan lain-lain. Kesimpulannya, Anda akan menemukan banyak ide solusi. Yang Anda perlukan ialah, tingkatkan keikhlasan dan semangat berlatih kalian dalam mengolah Akal Dan hati Nurani dengan Zikir (meditasi) dan Fikir kalian. Insya Allah, apapun permasalahan hidup kita, maka akan dimudahkan oleh Allah swt bagi kita semua.

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

‘Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul 'uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii’
"Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku” (QS. Thoha: 25-28)
Hakekat Kesaktian Hakekat Kesaktian Reviewed by Edi Sugianto on 23.15 Rating: 5

Tidak ada komentar:


kelas Gendam Online
Diberdayakan oleh Blogger.