PLACEBO, "THE POWER OF BELIEVING"

“Apakah objek dari kepercayaan anda itu benar atau palsu, ahirnya anda akan memperoleh efek yang sama”. 
[Phillippus Paracelsus, ahli kimia Swiss 1493-1541]

Dalam kehidupan ini Kita mengenal hukum “placebo effect”, di mana suatu masukan, menjadi kebenaran karena pengaruh keyakinan dan kepercayaan.

Ilmu kedokteran sampai saat ini tidak bisa menjelaskan bagaimana pikiran mempengaruhi tubuh. Efek plasebo, misalnya, ini adalah efek tubuh terhadap luka untuk menyembuhkan sendiri bagian tubuh yang terluka. Para ahli memang dapat menjelaskan luka akan kering akibat adanya darah putih, pengaruhnya terhadap luka agar cepat kering, bla bla bla dan lain sebagainya, tetapi ilmu kedokteran tidak bisa menjelaskan kenapa pikiran kita mengirimkan sinyal kepada bagian tubuh tersebut untuk bekerja.

DAHSYATNYA PLACEBO EFEK
"THE POWER OF BELIEVING"

Alkisah....
Adalah Pak Kromo seorang Pawang Ular yang terkenal karena kemampuannya dalam menaklukkan ular-ular yang berbisa. Dan Pak Kromo juga terkenal sebagai tabib yang Ampuh karena ramuan ularnya ternyata cukup ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit yang kronis ataupun akut...... Kemasyhuran pak kromo berkumandang hingga ke manca negara, sehingga tak jarang rumahnya kedatangan tamu dari luar negeri yg datang untuk berobat.....

Namun entah kenapa tanpa alasan yang jelas, sejak sebulan yang lalu Rumah Pak Kromo terlihat sepi dari pasien yg datang untuk berobat......

Dari kabar yang beredar, ternyata sekarang Pak Kromo sudah hilang kesaktiannya. Dia sekarang malah sangat takut dengan ular. Dan tidak lagi berani berburu menangkap ular untuk bahan ramuan obatnya.....

Selidik punya selidik, ternyata hal itu bermula ketika anaknya Yang Masih kuliah di jurusan psikologi di kota sedang pulang kampung..... Sang anak yg masih berdarah muda, ketika itu mengkuliahi bapaknya mengenao fenomena psikologis yg disebut "PLACEBO EFECT". Sang anak menegur sang bapak bahwa kekuatan dan kesaktian yg diimiliki bapaknya itu hanyalah akibat keyakinan yang salah.

Ya, memang kesaktian Pak Kromo adalah di akibatkan oleh sebuah Jimat pusaka berupa sebuah buntalan kain yg berwarna hitam yg dieroleh dari gurunya dahulu. Dan ketika dia dikuliahi oleh anaknya dan di suruh membuka Jimat Pusakanya tersebut. Maka dengan berat hati pak kromopun membukanya, walau dia tahu bahwa itu adalah termasuk perbuatan yang melanggar pantangan.

Dan setelah dibuka, Ternyata isi di dalamnya hanyalah berisi kotoran kambing yang telah mengering serta serpihan kayu kering....

Melihat isi jimat pusaka tersebut, sang anakpun semakin bersemangat mengkuliahi bapaknya.... Bahwa kesaktian bapaknya itu hanyalah karena keyakinannya sendiri.....

Melihat kenyataan itu, Pak Kromopun terpukul hatinya dan hilanglah segala kepercayaan dirinya....

Dan anehnya....
Walau sang anak sudah menerapkan segala jurus psikologi untuk membangkitkan kepercayaan diri pak kromo. Akan tetapi itu semua sia-sia belaka. Pak Kromo sudah betul-betul hilang keyakinan dirinya serta kesaktiannya.....

Dan sebagai akibatnya....
Sekarang Pak Kromo menganggur dan tidak punya penghasilan yg dapat diandalkan lagi. Dan sebagai efek kelanjutannya adalah, sang anakpun terpaksa tdk dapat melanjutkan kuliahnya di kota. Karena tidak adanya biaya......

Nah....
Sahabat....
Begitu dahsyatnya kekuatan dari kepercayaan dan keyakinan.....
Dan....
Merubah sebuah Believe yang keliru menuju believe yang benar bukanlah pekerjaan sembarangan....
Karena bila salah dalam melangkah, maka akan fatal akibatnya sebagaimana yang di alami oleh kisah Pak kromo dan anaknya di atas.....

Placebo!?
Placebo adalah istilah medis untuk terapi baik dalam bentuk obat-obatan maupun prosedur-prosedur medis yang tidak memiliki bukti kegunaan bagi kesembuhan pasien. Placebo bukanlah obat palsu, tetapi obat atau tindakan medis yang "dipalsukan" oleh dokter yang diyakini memiliki dampak positif bagi pasien. Efek placebo menunjukkan bahwa kekuatan pikiran adalah faktor terpenting dalam fungsi tubuh manusia. Karena dengan kemampuan untuk menciptakan atau menghapuskan gejala dengan seketika, efek obat sebenarnya dapat digantikan oleh hanya dengan kekuatan keyakinan.

Placebo adalah bahan-bahan tanpa sifat-sifat farmakologis, misalnya gula atau pil palsu. Mereka digunakan secara luas sebagai kontrol dalam eksperimen untuk menguji efek sebuah obat. Placebo ini dibuat sedemikian sehingga tampak dan berbau sama seperti obat yang sedang diuji.

Cara kerja placebo masih kontroversial, tetapi secara umum orang percaya bahwa psikologi manusia memengaruhi kondisi fisiologis. Manfaat terjadi karena orang percaya bahwa pil yang mereka minum akan mendatangkan pengaruh positif, meskipun pil tersebut tidak memiliki khasiat apapun. Pengaruh itu juga muncul karena pasien yang mengharapkan khasiat sebuah obat cenderung akan mendapatkan khasiat tersebut.

Kita ambil contoh placebo yang digunakan dalam pengujian obat pereda nyeri (analgesik). Salah satu penjelasan untuk mekanisme placebo dalam kasus ini adalah bahwa obat yang asli di harapkan merangsang pelepasan bahan kimia mirip opium dari otak yang berfungsi meredakan nyeri. Sebuah studi menemukan bahwa rasa nyeri berkurang kendati yang diminum sebetulnya placebo karena pasien percaya bahwa obat itu obat yang sesungguhnya, akan tetapi efek itu menghilang begitu pasien diberi obat yang berfungsi menetralkan pengaruh bahan kimia mirip opium tadi.

Placebo menghadirkan sebuah dilema etik. Di sini seorang dokter membohongi pasien dengan meminta mereka percaya bahwa yang diberikan adalah obat aktif, padahal sesungguhnya mereka tidak menerima obat seperti itu. Andai mereka juga menderita efek samping yang buruk dari efek nocebo, keadaan dapat menjadi lebih buruk.

Profesor Tony Dickenson melakukan suatu percobaan dengan memberikan kejutan listrik terhadap 6 orang mahasiswa. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok, yang akan diberi 2 macam obat, yaitu obat pengurang rasa sakit dan obat penambah rasa sakit. Dengan level sengatan listrik yang sama, kelompok yang memakan obat penambah rasa sakit merasakan rasa sakit lebih dari sebelum mereka memakan obat. Sedangkan kelompok yang memakan obat pengurang rasa sakit dapat menahan rasa sakit lebih lama dan merasa bahwa sengatan listrik berkurang.

Tapi tahukah anda, bahwa ternyata mereka sama sekali tidak diberikan obat pengurang rasa sakit atau pun obat penambah rasa sakit. Kedua obat tersebut sebenarnya sama, yaitu hanyalah tepung dan gula yang diberi pewarna berbeda. Itulah yang disebut efek placebo. Lantas apa yang membuat mereka merasa lebih sakit atau berkurang sakitnya? Pikiran mereka lah yang membuat obat placebo tersebut bekerja seperti obat sesungguhnya.

Selain contoh di atas, banyak sekali contoh yang ditemukan di sepanjang sejarah hingga saat ini yang mendokumentasikan kekuatan pikiran untuk penyembuhan. Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801. John Haygarth, seorang dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan jelas membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan, antusiasme hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.

Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji efek placebo, beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya menerima irisan di kulit, namun tidak dilakukan pembedahan lebih lanjut. Pada kedua percobaan, tingkat penyembuhannya sama. Pembedahan semacam ini pun lantas ditinggalkan.

Studi pada 1968 pada Pengobatan Psikosomatik menguraikan bagaimana suatu kesan dapat mempengaruhi serangan asma. Peneliti meminta pasien untuk menghisap substansi tanpa label yang diberitahukan pada mereka jika substansi tersebut akan mengganggu asma mereka untuk sementara. Ketika pasien menghisapnya, banyak yang mengalami serangan asma.

Mereka mulai mendesah, kesulitan bernafas, dan terengah-engah meskipun substansi yang mereka hisap adalah larutan garam yang tidak berbahaya. Kemudian, peneliti memberi pasien tersebut "penawar racun" yang dibuat dari larutan garam yang sama persis, dan menyaksikan bila napas yang mendesah dan berat telah berhenti.

Pada 1983 wawancara dengan Bapak Terapi Tertawa, Normandia Cousins, membahas artikel di halaman depan LA Times tentang permainan sepak bola SMU di mana empat orang menerima makanan yang mengandung racun. Dokter yang menangani kasus ini tidak tahu dengan pasti penyebabnya, sehingga mengeluarkan pernyataan umum untuk menghindari mesin penjual soft drink. Saat pengumuman ini dibuat, 191 orang menjadi sangat sakit, dan pergi ke rumah sakit setelah mereka meminum soft drink dari mesin penjual otomatis.

Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita sakit lutut yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila pembedahan lutut akan dapat membantu pasiennya. Semua ahli bedah mengetahui tidak ada efek placebo pada pembedahan. Tetapi Moseley mencoba untuk memahami bagian mana dari tindakan pembedahan yang meringankan pasiennya.

Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley mengangkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia membersihkan sendi lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan efek peradangan.

Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita encok lutut. Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura sebagai kontrol untuk membandingkan hasil pembedahan lainnya.

Ketiga kelompok mendapatkan perawatan paska operasi yang sama, termasuk program pelatihan. Namun hasilnya sungguh mengejutkan. Kelompok yang menjalani tindakan pembedahan, seperti yang diharapkan, membaik. Tetapi kelompok yang mendapatkan pembedahan Placebo juga membaik seperti dua kelompok lainnya.

Program acara televisi secara nyata menggambarkan hasil yang mengundang perhatian. Acara tersebut menunjukkan anggota kelompok placebo sedang berjalan dan bermain basket, ketika melakukan hal-hal tersebut mereka menyampaikan tidak dapat melakukannya sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim Perez, yang berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu bermain basket dengan cucunya.

Placebo Tetap Bekerja Sekali pun Tanpa Kebohongan
Pasien yang dirawat dengan placebo biasanya akan dibohongi bahwa obat atau tindakan medis yang diberikan akan memberikan efek tertentu. Para peneliti dari Osher Research Center Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center (BIDMC) telah menemukan bahwa placebo juga bekerja sekalipun bila diberikan tanpa kebohongan yang diperlukan.

Banyak dokter Amerika (salah satu studi memperkirakan sekitar 50 persen) diam-diam memberikan placebo kepada pasiennya yang tidak curiga. Karena kebohongan secara etis dipertanyakan, profesor asosiasi pengobatan Harvard Medical School, Ted Kaptchuk, bekerja sama dengan rekan-rekannya di BIDMC untuk menyelidiki apakah kekuatan placebo bisa pula dimanfaatkan secara jujur.

Untuk melakukannya, 80 pasien yang menderita irritable bowel syndrome (IBS) dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok, kontrol, sengaja tidak menerima pengobatan, sementara kelompok lain menerima placebo yang secara jujur dijelaskan sebagai pil gula. Pil itu benar-benar tidak memiliki bahan aktif dan hanyalah terbuat dari zat-zat inert, selain itu juga dicetak label placebo pada botolnya. Pil ini diperintahkan untuk diminum dua kali sehari.

Untuk periode tiga-minggu, para pasien dimonitor. Pada akhir percobaan, pasien yang dirawat dengan placebo banyak yang melaporkan adanya pemulihan, berjumlah hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol (59 persen berbanding 35 persen). Selain itu, pada ukuran hasil lainnya, pasien yang memakai placebo mengalami peningkatan perbaikan dua kali lipat untuk hitungan kasar yang setara dengan efek dari obat IBS yang paling kuat.

Placebo Juga Berlaku pada binatang
Suatu percobaan yang dilakukan terhadap seekor belalang yang dimasukkan ke dalam kotak kaca. Awalnya belalang tersebut bisa melompat sampai 50 cm. Kemudian dipasang pembatas kaca setinggi 25 cm, sehingga setiap kali belalang melompat, kepalanya akan terbentur kaca pembatas. Seminggu kemudian, pembatas itu diambil. Namun belalang tersebut tetap melompat tepat setinggi 25 cm.

Efek Placebo di Kehidupan Sehari-Hari
Dari cerita-cerita di atas anda semua pasti sudah paham tentang efek placebo dalam dunia medis. Namun, ternyata efek placebo tidak hanya dipakai dalam dunia medis saja. Dan tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali hal-hal yang bersifat placebo disekitar kita.

Mungkin anda pernah tahu bahwa ada tombol penyebrangan di setiap lampu merah. Namun ternyata, 97% tombol itu adalah tombol palsu dan sama sekali tidak memiliki fungsi. Bahkan menurut laporan ABC News, hanya ada satu tombol yang benar-benar berfungsi di Austin, Texas, Gainsville, dan New York.

Yang tidak kalah mengejutkan ternyata 72% dari tombol yang terdapat di dalam gedung-gedung perkantoran adalah tombol palsu. Diantaranya adalah tombol AC, tombol untuk menutup pintu lift dan berbagai tombol lainnya. Tombol Placebo disini memiliki fungsi agar orang yang mengunakannya merasa memiliki kendali walaupun sebenarnya tidak. Hal ini akan menenangkan orang tersebut dari agresivitas karena merasa telah berbuat sesuatu.

Placebo efek memiliki sejarah panjang dalam kehidupan manusia, bahkan sejak dari masa-masa purba. Dukun-dukun sudah mengenalnya terlebih dahulu, dan melakukan hal itu. Mereka menari untuk mendatangkan hujan, memotong kambing agar mathari bersinar, dan pada masa sekarang menekan tombol agar lift menutup, atau memutar tombol AC di kantor agar ac lebih dingin. Otak kita, tidak menyukai hal-hal acak, dan tanpa sadar kita selalu mengaitkan segala sesuatu dengan sebab-akibat. Dalam hal di atas, sebab akibat yang berlaku adalah sebab saya menekan tombol, maka akan berakibat lift menutup.

NOCEBO...?
Efek negatif placebo disebut efek nocebo, dari kata bahasa Latin nocebo yang berarti “saya ingin mencelakai.” Pasien yang diberi pil palsu kadang-kadang mengalami efek samping seperti cemas dan depresi. Ini diduga terkait dengan harapan orang atas efek-efek merugikan pada sebuah terapi. Dalam sebuah uji orang melaporkan bahwa perempuan yang percaya mereka berpeluang menderita penyakit jantung hampir empat kali lebih berpeluang meninggal karena penyakit jantung dibanding perempuan dengan faktor risiko sama yang tidal memiliki kepercayaan itu.

Efek placebo negatif, disebut efek nocebo. Nocebo, seperti placebo, menimbulkan efek fisik, walaupun tidak harus melalui mekanisme fisik. Tidak mustahil efek tersebut berasal dari keyakinan pasien. Ketika orang berpikir tentang jatuh sakit, maka sakitlah ia. Ini efek nocebo, yang berlawanan dengan efek placebo: ketika orang berpikir tentang sembuh, maka sembuhlah ia.

Tipe pasien yang paling cenderung mengalami efek nocebo ketika diberi suatu obat biasanya memiliki sejarah pengobatan dengan diagnosis yang sulit sehingga yakin bahwa terapi apa pun tidak akan mengatasi masalah. Pengharapan yang rendah tadi mau tidak mau berakibat buruk, efek nocebo juga berpengaruh terhadap hasil operasi. Dokter bedah enggan menangani pasien yang yakin bahwa mereka akan mati. Penelitian telah dilakukan terhadap pasien-pasien operasi yang mengatakan bahwa mereka ingin mati agar dipersatukan kembali dengan yang mereka cintai. Hampir semua orang ini sungguh meninggal.

Penelitian tentang nocebo sedikit sekali, kebanyakan untuk alasan etika bahwa Dokter seharusnya tidak membohongi orang sehat dengan mengatakan bahwa mereka sakit. Standar etika yang berubah pun menyulitkan upaya mengulang beberapa eksperimen nocebo klasik. Artikel kedokteran terbaru tentang efek nocebo diterbitkan dalam tahun 2002 oleh Arthur Barsky dan kawan-kawan (The journal of the American Medical Association, volume 287, halaman 622).

Efek placebo negatif memang ada. Manifestasinya yang terkenal adalah voodoo, dan macam-macam klenik yang dikaitkan dengan kutukan. Praktik-praktik tersebut hampir selalu meliputi mekanisme yang membuat korban tahu bahwa ia telah dikutuk, dan ini satu-satunya yang memungkinkan maksud jahat mereka tercapa

Okey sahabat, sekian dulu kisah dari saya....
Semoga bermanfaat...........

SALAM SERVO SUKSES
Edi Sugianto, CHt CI MNLP [081 231 649 477]
Founder NAQS DNA, International Trainer, Personal Coach, Therapist, & Counselor.
|www.naqsdna.com|
=========================================
PELATIHAN PRIVATE :
NAQS DNA CENTER
SOHO OFFICE, Jl. Ketintang Baru III No. 79
Surabaya [Fax. 031-8270653]
=========================================
PELATIHAN REGULER :
Jakarta, 23 & 24 Juni 2012
Atlantic Hotel, Jl. Salemba Raya 26
Jakarta Pusat
|www.keajaibanhati.com|
PLACEBO, "THE POWER OF BELIEVING" PLACEBO, "THE POWER OF BELIEVING" Reviewed by Edi Sugianto on 00.29 Rating: 5

Tidak ada komentar:


kelas Gendam Online
Diberdayakan oleh Blogger.