Hakekat Shalawat

Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuh...

Sahabat NAQS dimanapun berada, sudah hampir setahun NAQS DNA berdiri dan melakukan kegiatan pelatihan secara on line. Walaupun secara Formal dan Offline kiprah NAQS tidak kelihatan, namun perkembangan siswa yang mengikuti melalui jalur ON LINE sungguh sangat luar biasa. Ya, mudah-mudahan apa yang kita lakukan ini menjadi amal jariyah buat kita semuanya.

Sahabat, dalam hari-hari kemarin. Saya lebih banyak mengupas NAQS DNA dari sudut pola fikir orang Indonesia yang multi kultur. Sehingga segala pola fikiran yang senada dan seirama akan saya masukkan sebagai bahan pelajaran untuk menambah wawasan kita bersama. Nah, kali ini akan saya hadirkan sebuah tulisan karya Bpk. Kuswanto Abu Irsyad. Sekedar untuk menjawab pertanyaan siswa NAQS yang berada di Negara Malaysia, yang sering bertanya mengenai asal-usul energi yang diusung oleh NAQS DNA.

Tulisan beliau ini merupakan sebuah pendekatan yang hampir tepat untuk menjelaskan hakikat dari Energi yang digunakan oleh para praktisi NAQS. Yang merupakan Energi Wasilah atau Frekwensi penghantar dari energi Doa kita agar sampai ke hadlirat Allah SWT. Sinyal inilah yang di Attunementkan ke seluruh siswa dalam proses inisiasi. Setelah siswa terhubung dengan Sistem Komunikasi Ilahiah ini, barulah Getaran Hati & Pikiran mereka dapat tersambung secara langsung ke Alam Maha Kosmos. Bisa dikatakan, semua siswa pasti mengetahui perbedaannya. Bagaimana mereka dulu ketika berkomunikasi dengan Allah tanpa melalui sistem dan setelah melalui sistem. Sungguh sangat jauh perbedaannya.

Tapi anda jangan berfikir ngeress ya... artinya kalau sudah tersambung dengan Allah secara benar, otomatis semua ambisi duniawi kita akan di ijabahi.... he..he..he... Belum tentu sayang... Inilah pola fikir orang-orang yang menjual akhirat untuk dunia. Makanya, Attunement itu baru sebuah langkah awal. Langkah selanjutnya adalah pembinaan kepada siswa bagaimana untuk hidup dengan benar sesuai Sistem Ilahi. Dan itu adalah proses yang bertahap, step by step..... Okey, kita lanjut pembahasannya. Mari sinau tentang Hakikat Shalawat

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikatnya bersholawat atas Nabi; hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah untuk Nabi dan ucapkan s a l a m dengan penghormatan kepadanya”.(QS Al-Ahzab 33:56)

Shalawat sebagai tawasul pembuka hijab
Do'a masih akan terhalang bila orang yang berdo'a tersebut tanpa bertawassul dengan bersholawat pada Nabi saw.. Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib kw. berkata:

‘Setiap do'a antara seorang hamba dengan Allah selalu diantarai dengan hijab (penghalang, tirai) sampai dia mengucapkan sholawat pada Nabi saw.. Bila ia membaca sholawat, terbukalah hijab itu dan masuklah do'a.' (Kanzul ‘Umal 1:173, Faidh Al-Qadir 5:19)

Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib kw. juga berkata, Rasulallah saw. bersabda:
“ Setiap do'a terhijab (tertutup) sampai membaca sholawat pada Muhammad dan keluarganya”. ( Ibnu Hajr Al-Shawaiq 88 )

Juga ada riwayat hadits sebagai berikut:
“Barangsiapa yang melakukan sholat dan tidak membaca shalawat padaku dan keluarga (Rasulallah saw.), sholat tersebut tidak diterima (batal)”. (Sunan Al- Daruqutni 136)

Mendengar sabda Nabi saw. ini para sahabat diantaranya Jabir Al-Anshori berkata:
‘Sekiranya aku sholat dan didalamnya aku tidak membaca sholawat pada Muhammad dan keluarga Muhammad aku yakin sholatku tidak di terima'. (Dhahir Al-Uqba : 19)

Begitu juga Imam Syafi'i dalam sebagian bait syairnya mengatakan:
“Wahai Ahli Bait (keluarga) Rasulallah, kecintaan kepadamu diwajibkan Allah dalam Al-Qur'an yang diturunkan, Cukuplah petunjuk kebesaranmu, Siapa yang tidak bersholawat (waktu sholat) padamu tidak diterima sholatnya.... “ .


Hakikat Shalawat
"Sesungguhnya orang-orang yang memaggilmu (bershalawat) dari belakang bilik-bilik (masih terhijab batinnya) itu, kebanyakan mereka tidak mengerti. Dan sekiranya mereka bersabar, sampai engkau (Nur Muhammad) keluar (menampakkan) kepada mereka, niscaya hal itu lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang" (QS 49 : 4-5)

Kebanyakan umat Islam, tidak tahu apa arti dari hakekat shalawat, tapi baru mengetahui bacaan shalawat yang berupa tulisan, padahal tulisan “allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad” bukanlah shalawat, ini hanya tulisan. Jika dibaca maka bunyinya –allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad- ini juga bukan shalawat, (ketika dibaca terdengar “bunyi bacaan shalawat”).

Kita ambil contoh lain, dari huruf m a k a n kita mendengar bunyi –makan- dan ini bukan “makan”, karena huruf m a k a n (1), berbunyi –makan- (2), ada action “makan”(3), yang di awali dengan memasukkan makanan ke mulut, mengunyahnya, hingga menelannya.

Contoh lain, dari huruf s h a l a t (1) berbunyi –shalat- (2), ada action “shalat (3), yang diawali dengan takbir diakhiri dengan salam.

Kembali ke s h a l a w a t (1), terbaca/berbunyi –shalawat- (2), actionnya…(3)?

Jika dijawab : Itu…allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad…Lho itu kan bacaannya….Jadi ada hal yang harus kita pertanyakan. *Bagaimanakah action shalawat itu sehingga jika kita melakukan action itu secara otomatis melewati wilayah s h a l a w a t dan –shalawat.

Lewat action “makan” di dalamnya kita telah m a k a n dan –makan-. Dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan untuk setiap konsep, pemahamnya selalu ada tiga. Jadi ada segitiga pemahaman konsep.

* Untuk/kepada siapakah “shalawat” itu diberikan/ditujukan? Jika melihat bunyi ayat tentang shalawat…inna llaha wa malaikatahu yushalluna ‘ala nnabiyyi ya ayyuha lladzina amanu shallu ‘alayhi wa sallimu taslima…maka shalawat ditujukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.) …bacaannya ..allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad…Menurut pendapat saya pribadi….sangat pantas beliau mendapat penghargaan seperti itu…sangat tidak mengherankan jika orang-orang yang hidup di sekeliling beliau siap mati…siap berkorban… siap meninggalkan kemewahan dunia… anak.. isteri.. jabatan….. karena beliau memberi tuntunan sehingga para sahabat dapat “melihat” dapat “mendengar”, dan dapat “berbicara”. Apa yang bisa menandingi kebahagiaan tak terukur yang diakibatkan dari bisa “melihat”, bisa “mendengar, dan bisa “berbicara”. Jawabannya “tidak ada”. Ada ayat yang sangat “keras” bunyinya : (lebih kurang) Katakan :Jika bapakmu, anakmu, harta bendamu, niaga yang kau khawatirkan untung ruginya lebih aku cintai daripada aku maka rasakanlah azabku.

* Lalu bagaimana beliau ber”shalawat” kepada “diri”nya sendiri?Beliau tidak akan membunyikan bacaan shalawat. Tapi beliau melakukan actionnya. Lalu sekarang ini apakah kita sudah bisa menulis a l l a h u m m a s h a l l i ‘ a l a m u h a m m a d w a ‘ a l a a l i m u h a m m a d, apakah kita sudah bisa membaca tulisan itu sehingga berbunyi –allahumma shalli ‘ala muhammad wa ‘ala ali muhammad , dan apakah kita sudah bisa actionnya…?

Catatan : Kita memang kadang sering lupa bahwa cahaya terang di ruangan ini karena ada bohlam dan bohlam bisa menyala karena ada gardu dan gardu ini tak berarti apa-apa jika tidak ada listriknya…dan tentang listrik ini kita sebenarnya hanya melihat “tanda-tanda adanya listrik/gejala listrik”. Saya tidak bisa melihat listriknya.

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikatnya bersholawat atas Nabi; hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah untuk Nabi dan ucapkan s a l a m dengan penghormatan kepadanya”.(QS Al-Ahzab 33:56)

Berdasarkan fiman Allah seperti tersebut diatas, umat Islam diperintahkan untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pada saat ini kita mengenal beberapa jenis kalimat sholawat yang dibuat oleh para Ulama, sesuai dengan keyakinan dan ajaran alirannya masing-masing, diantaranya adalah sebagai berikut :

“Semoga Allah memberi sholawat atas Nabi kita, “Muhammad” dan atas “Keluarga” serta Sahabat-sahabatnya”.

“Dan berikanlah rahmat Allah dan salam Allah atas Nabinya “Muhammad” dan atas keluarganya dan sahabatnya”.

“Ya Allah” berilah rahmat dan sejahtera atas penghulu Nabi kami Muhammad Rosulullah”.

Dalam dunia kaum Ma’rifatullah, terdapat sebuah hadits yang cukup terkenal, yaitu :

“Dia (Allah) berada dalam qolbu hambanya yang beriman”. (Al Hadits)

Qolbu yang tersebut dalam hadits Nabi di atas oleh kaum Ma’rifatullah dinamakan :
  • Mahligai–Nya Allah
  • Keraton-Nya Allah
  • Istana-Nya Allah
  • Masjid-Nya Allah
  • Rumah-Nya Allah
“Qolbu” itu disebut juga “Induknya Rasa” dan juga disebut “Babuning Roh atau Rohul Qudus atau Hu”.

Induknya Rasa atau “Rasanya Allah“ sama dengan Rasa Hakekat Muhammad. Sedangkan Babuning Roh itu sama dengan “Hakekat Muhammad” juga. Jadi “Rasa Allah” (Rosulullah) adalah Hakekat Muhammad yaitu “Hakekat Rosul Allah”.
.
jadi kesimpulannya adalah bahwa Qolbu itu adalah “Muhammad” sebagai makhluk pertama yang Allah ciptakan dari Diri-Nya sendiri atau disebut juga dengan “Sifatullah” atau “Nurullah” atau Jauhar Awal (Cahaya Pertama) atau Hu, yaitu “Hakekat Muhammad”.

Bermula manusia (Muhammad) itu rahasia-Ku dan Aku adalah rahasianya dan rahasia-Ku adalah sifat-Ku dan sifat-Ku tidak lain adalah Aku. ( Hadits Qudsi )
“ Aku (muhammad) berasal dari Allah dan Alam ini bersal dari Aku (Muhammad). ( Hadits Qudsi )

Telah datang akan kamu dari pada Allah itu “NUR”. (yaitu Nabi kita Muhammad SAW). (QS An-Nisa 4:174)

“…………. Dan dia (Hu) bersama kamu dimana saja kamu berada” (atau jikasudah menjadi insan yang suci, Dia selalu bersamamu). (QS Al-Mujadilah 58 : 7)

“…………. Kami lebih dekat denganmu, dibanding leher dan urat lehermu”. (QS Qaf 50:16)

TUJUAN BERSHOLAWAT.
Tujuan bersholawat dan mengucapkan salam atas Nabi Muhammad SAW, atas keluarganya, serta sahabat-sahabatnya, terbagi atas 2 (dua) pendapat yang dapat diartikan secara Syariat dan secara Hakikat yaitu :
1. Secara Syariat.
Umat Islam bersholawat dan mengucapkan salam atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya dan atas sahabat-sahabatnya, secara terperinci ditujukan kepada:
  • Rosul dan Nabi Muhammad bin Abdulah yaitu insan yang dibersihkan dan disucikan oleh Allah SWT. Dan diangkat sebagai Nabi dan Rosul terakhir yang sekarang sudah tidak ada lagi (wafat).
  • Keluarga Muhammad SAW yaitu : “Anak–istri-Ibu-Bapak-saudara dan famili yang terdekat. ( Mungkin juga termasuk pamannya yang bernama Abu Jahal yang selalu menjadi rintangan tugas Nabi ).
  • Kesemuanya itu sudah tidak ada lagi (wafat).
  • Para sahabat-sahabatnya yaitu yang diamksud : Abubakar r.a. – Umar – Usman r.a ‘Ali r.a. dsb. Ini pun keseluruhanya sudah tidak ada lagi. (wafat)
2. Secara Hakekat.
Umat Islam yang sudah menguasai ilmu syariat, Hakikat, Tarekat dan Ma’rifat juga bersholawat dan mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi mereka bersholawat bukan ditujukan kepada Nabi Muhammad bin Abdullah, juga tidak ditujukan kepada para keluarga dan para sahabat Nabi, tapi ditujukan khusus kepada:

“Nabi Muhammad selaku Hakekat Rosul Allah, sebagai makhluk yang pertama kali diciptakan, makhluk yang tercinta dan termulia sesudah Allah, sebagai Rosul awal dan akhir yang diberi rahmat untuk semesta alam. (Ini pun tergantung sampai dimana tingkatan ilmu dan terbukanya hijab yang pernah dianugrahi Allah kepada hamba-hamba-Nya).

“ Muhammad itu bukanlah bapak dari salah seorang diantara kamu, tetapi ia adalah utusan Allah dan penghabisan semua Nabi”.(QS Al-Ahzab 33:40)

“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya ditengah-tengah kamu ada Rasul Allah “. ( QS Al Hujurot 49 :7 )

“ Orang-orang yang telah Kami beri Al Kitab ( Kitab Yang Bercahaya ), mengenalnya ( Nur Muhammad ) seperti mengenal anak-anak meereka sendiri dan sesungguhnya segolongan diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahuinya “. ( QS Al Baqoroh 2 : 146 ) lihat juga QS Al An’am 6 : 20.

“Tugas Ku selesai setelah kiamat” (Hadits)

Disamping ditujukan khusus kepada Hakekat Muhammad ketika membaca sholawat, ada juga sebagian kaum Ma’rifatullah menyebutkan keluarga dan sahabat-sahabatnya Nabi dalam arti secara hakekat pula yaitu:
  1. Yang dimaksud “Keluarga Muhammad” adalah mereka yang pernah mengenal kepada “Hakekat Muhammad” yaitu yang pernah ma’rifat kepada Dzat & Sifat Allah.
  2. Yang dimaksud dengan para sahabat-sahabat Muhammad yaitu: mereka yang pernah Allah tunjukan jalan yang lurus; apakah mereka sudah sampai atau belum (tahap ma’rifat kepada Hakekat Rosul Muhammad atau disebut ma’rifat kepada Dzat dan sifat Allah). Hal ini tergantung dari keuletan, ketakwaan, keikhlasan, dan keimanan dalam menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar yang diridhoi Allah, sesuai dengan ajaran agama Islam.
“Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu (Muhammad) keluar menemui mereka, sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.(QS Al-Hujarat 49:5).

(Bahagialah mereka jika mereka bersabar sampai Hakekat Muhammad menampakan dirinya).

Umat Islam yang sudah sampai ke martabat Ma’rifatullah, selalu bersholawat kepada Nabi karena perintah Allah dalam Al Qur’an, dengan tidak menuntut imbalan jasa atau pahala.
  1. “Bahagialah orang yang bertemu dan mengenal Aku dan beriman kepada-ku”. (Mereka sudah mencapai derajat Isbatul yakin kepada Hakekat Muhammad).
  2. “Bahagialah, orang yang tidak bertemu aku, tapi bertemu dengan orang yang mengenal kepada-ku (ma’rifat) dan beriman kepada-ku”.
    Mereka baru mencapai derajat ilmul yakin terhadap adanya Hakekat Muhammad dalam dirinya sesuai dengan ajaran Islam (ilmu) yang diterima dari guru mursyidnya yaitu guru yang pernah bertemu dan mengenal Hakekat Muhammad.
    Mereka sudah dapat dianggap sebagai para “sahabat Nabi Muhammad” dan apabila mereka tekun dalam menjalankan “tarekat”, dan lebih bersabar serta lebih mencintai Allah dan Rosul-Nya, Insya Allah dapat meningkat dari “sahabat” menjadi “Keluarga” Nabi Muhammad.
  3. “Bahagialah, orang yang tidak bertemu dengan aku dan juga tidak mengenal dengan orang yang mengenal kepada-ku (ma’rifat), tapi beriman kepada ku.
Mereka yang tidak bertemu dengan hakekat Muhammad dan juga tidak bertemu dengan orang yang mengenal Hakekat Muhammad (ma’rifat), sehingga tidak dapat “Berguru” kepadanya, tetapi beriman kepada Muhammad dan berguru kepada Ulama Syariat dan bisa mendapat ilmu dari hasil membaca buku yang dikarang oleh para “Ulama” besar, mereka berarti sudah percaya menurut kabar adanya Hakekat Muhammad pada dirinya sendiri.

Pada tahapan tersebut, mereka sudah termasuk umat Muhammad dan mudah-mudahan dengan izin Allah, dibukakan hijab yang menjadi penghalang Qolbu sehingga lamabat laun semoga Allah memberikan atau memancarkan Nurrun Ala Nurrin dan meningkat menjadi insan atau sahabat Hakekat Muhammad.

“Rasa Allah” itulah Rasa Muhammad, itulah induknya Rasa atau disebut “Hakekat Muhammad” induknya rasa yang bersih dan suci disebut “Qolbu mu’min” yang menjadi mahligai Allah.

Induk Rasa (Hakekat Muhammad) itu terbagi atas 2 kategori:
Terdiri dari 5 (lima) rasa lahir dan 1 (satu) rasa lahir batin yang mencangkup kelima rasa tersebut tadi. Jadi jumlahnya ada 6 (enam) rasa.
  1. Rasa ke 1 : Nyatanya dibadan kita yaitu rasa jasad,Rosulnya Adam a.s. dan sahabat Rosulnya “Adam Kholifatullah”
  2. Rasa ke 2 : Nyatanya dibadan kita yaitu rasa pendengaran /kuping, Rosulnya Ibrahim a.s dan sahabat Rosulnya “Ibrahim Habibullah”
  3. Rasa ke 3 : Nyatanya dibadan kita yaitu rasa penglihatan / mata, Rosulnya Daud a.s dan sahabat Rosulnya “Daud Kholilullah”
  4. Rasa ke 4 “: Nyatanya dibadan kita yaitu rasa mulut/lidah, Rosulnya Musa a.s dan sahabat Rosulnya “ Musa Kalamullah”
  5. Rasa ke 5 : Nyatanya dibadan kita yaitu rasa mencium atai hidung, Rosulnya Isa a.s dan sahabat Rosulnya “Isa Rohullah”
  6. Rasa ke 6 : Nyatanya dibadan kita yaitu rasa Qolbu, rasa lahir batin yang mencakup kelima (5) rasa tersebut diatas atau disebut “Hakekat Muhammad” atau “Rosul/Rasa Allah”.Rosulnya Muhammad Saw. Dan sahabat Rosulnya “Muhammad Rosulullah”.

Dengan adanya keterangan / penjelasan tersebut diatas, semoga pembaca sudah dapat menangkap atau sudah dapat menerima bahwa yang dianggap Hakekat “Keluarga” dari Hakekat Muhammad itu adalah para Rosul dan para Nabi.

Para Nabi itu adalah bersaudara seayah dan seibu, syareatnya berbeda-beda, sedangkan asal dan pokok agamanya satu ( Hadits ).

Adapun yang dimaksud “ Sahabat-sahabat “dari Hakekat Muhammad itu adalah “Insan yang benar-benar beriman dan sedang menjalankan Sabilillah, berusaha mencapai tingkat tinggi, hingga diberi anugerah Allah untuk dapat ma’rifat (bertemu, melihat dan mengenal) dengan Hakekat Muhammad atau disebut “Sifatullah” atau “Hakekat Syahadat”.

Dimana ada sifat disitu ada Dzat. Dimana ada Muhammad disitu ada Allah.

Merekalah yang dianugerahi Ilmu Laduni yaitu “NURRUN ALA NURRIN” (ma’rifatullah).
(Bapak Kuswwanto Abu Irsyad) [http://nurhayun.blogspot.com/2010/07/hakikat-shalawat.html}

PELAJARAN SELANJUTNYA KLIK..
Hakekat Shalawat Hakekat Shalawat Reviewed by Edi Sugianto on 01.07 Rating: 5

3 komentar:

  1. lebih dari 6o ribu setiap hari pikiran memikirkan hal yang positif atau yg negatif...untuk mengontrol itu kita jangan lupa berselawat kepada nabi dan berzikir menyebut nama Allah S.W.T dimana saja dan kapan saja yakinkan Klo Allah selalu di hati...di dalam keramaain di saat bekerja hati kita selalu berdenyut dengan nama2 Allah S.W.T...byak di jaman sekarang terutama para remaja remaja salah meng arti akan apa itu cinta...mereka byak ber asumsi klo cinta hanya kepada lawan jenis, dan sebagian lagi terlalu cinta dengan benda benda...mereka itu semua tersesat...lalai...terlalucinta dengan duniaawi cinya yg sesungguhnya hanya kepada Allah S.W.T.itu semua hanya ciptaan ku...tidak hal yang tidak mungkin di dunia dengan pa yang aku kehendaki itu hanya secuil...janganlah kamu lalai dengan benda benda atau kemehan dunia atau terlalu cinta dengan pasangan mu, karna yang padang akhir hanyalah kain kafan di dalam kubur menemani...hanya orang yang beramal saleh dan yg rejin berselawat kapada Nabi Muhammad SAW....aka kuberikan kebahagian yang hakiki lebih apa yang ada du dunia.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Alhmdulillah,mudahan banyak orang yg mengenal dirinya,yg di dlm diri

    BalasHapus


kelas Gendam Online
Diberdayakan oleh Blogger.